Saturday, March 26, 2016

Sampah Elektronik



Sebelumnya saya sudah pernah memposting tentang recycle handphone. Nah, kali ini saya ingin sedikit mengulas tentang sampah elektronik yang cakupannya lebih luas. Dan terutama karena ada RJ—anak sekolahan yang mengingatkan kita akan bahaya sampah elektronik. Senangnya ada anak muda yang bisa beraksi nyata. Satu dari sekian generasi muda bangsa ini yang peduli lingkungan.
Well, sekiranya postingan saya tidak berefek bagus alias tidak semua orang akan membacanya atau langsung bertindak, setidaknya kita sudah menyebarkan virus kebaikan untuk bersama. Hal yang sangat tidak egois, yang untuk kepentingan saat ini dan masa depan.
Kita tentu tidak bisa lepas dari barang elektronik bahkan sejak lahir. Semakin ke sini, semakin banyak barang elektronik yang dibutuhkan dan dipakai manusia. Peralatan rumah tangga pasti elekktronik, mainan juga, alat komunikasi, alat kesehatan atau alat kecantikan. Lantas bagaimana cara kita memulainya?
Pertama, tanyakan pada diri sendiri apa pentingnya membuang sampah—apapun jenisnya—secara lebih bijak? Pilah dan pilih dulu sampah-sampah di rumah kita. Ingat loh, rumah tangga adalah mini perusahaan yang banyak menyumbangkan sampah.
Kedua, niat yang kuat untuk terus memilah dan memilih sampah. Kalo niat kurang, yah salam aja deh. Pasti lama-lama akan turun kegigihannya.
Ketiga, jadwalkan kapan akan memilah sampah. Kalau akhir pekan, berarti maksimalkan waktu untuk memilih sampah yang masih dibutuhkan dan mana yang tidak. Ini hanya untuk sampah besar yah. Kalau sampah yang setiap hari kita hasilkan, itu berarti harus setiap hari dipilah.
Keempat, memilah dan memilih. Sampah gak mesti yang dari dapur, seperti makanan, plastik bungkus apa dan apa. Barang-barang yak terpakai juga sampah. Termasuk kasur rusak sekalipun. Jadi kembali lagi ke nomor empat, jadwalkan waktunya, lalu pilah barangnya. Ini emang kayak bongkar-bongkar rumah. Kayak beres-beres rumah. Tapi percaya deh setelah itu rumah kita akan lebih lowong, lebih terasa lega, dan bersih. Bahkan isi lemari juga bisa dibongkar.
Kelima, pastikan barang-barang yang sudah jadi sampah itu dipindahkan ke tempat yang tepat. Kenapa? Kalau kalian ngasih ke tukang sampah, bisa aja berakhir di TPA. Mending kasih ke tukang beling, pengepul kertas atau plastik, atau ke ewasteRJ(untuk sampah elektronik).
Gak papa lah berepot-repot ria. Ini demo masa depan yang lebih baik kawan. Hanya luangkan waktu sebentar. Kalo udah satu kali bongkar-bongkar, ke sana akan semakin ringan karena hanya sedikit barang yang harus dibuang. Semakin rajin dan rutin kalian, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan. Ingat, time is money. Sampah juga bisa berarti money. Walau gak banyak, ada baiknya jangan mengharapkan uangnya.
So, mau mulai kapan jadwalnya?

Thursday, March 24, 2016

Next Generation

Susah... Udah jadi kebiasaan untuk pakai kantong plastik. Telat harus bayar 200 perak. Waktu aku kecil, kalo ke pasar suka ada abang-abang atau anak kecil yang jual plastik besar hitam, harganya bisa gope kali kalo sekarang atau hampir seribu. Dan ada aja yang beli. Biasa ibu-ibu kalo ke pasar belanjaan banyak dan lebih enak kalo di satuin dalam satu atau dua plastik.
Untuk sampai ditahap menolak kantong plastik, mungkin masih butuh waktu satu generasi lagi. Kalo generasi di atas kita udah susah dan generasi kita anggap "hal yang biasa", mungkin anak kita nanti bisa dibiasakan untuk pakai kantong sendiri. Butuh satu generasi untuk mengubah satu hal yang kadang remeh. Kalo generasi selanjutnya terlewat gitu aja, berarti harus nunggu di jaman cucu kita. Alamak...!

Saturday, March 5, 2016

Diet Plastik



Pertama kali denger, langsung happy, antusias mendengarnya. Kayak dream comes true. Kayak gitu. Saya sudah membiasakan diri untuk menolak plastik kalo belanja sekecil apapun. Saya bawa kantung sendiri kalo ke minimarket atau supernya. Ibu saya membiasakan bawa kantung sendiri kalo beli beras di warung. Kami benar-benar berusaha meminimalkan penggunaan kantung plastik. Apapun itu. Kalo ada yang ngasih sesuatu atau bingkisan pake plastik pasti dilipat rapi, dikumpulin, nanti dikasih ke sodara yang jual sayuran atau ke warung lagi. Awalnya sih aneh aja liat ibu saya, apa yang dilakukan beliau. Hal yang tidak sampai saya pikirkan. Walau remeh dan gak seberapa, tapi penggunaan kembali kantung plastik juga jadi solusi untuk tidak membuangnya langsung dan menjadikannya sampah atau limbah. Yuk sama-sama kita bijak dan berpikir sebelum membuang. Jangan lupa selalu siapkan kantung plastik atau kantung apapun dari rumah sebelum pergi. :)