Sebelumnya, aku hanya
sedikit berbagi tentang satu dua hal. Aku bukan ahlinya, bahkan sebenarnya
tidak berkompetensi dalam hal ini. Tapi ini sedikit mengusik. Jadi, mungkin ada
hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang para ahli dan peneliti kemukakan.
Silakan mengoreksi saya jika memang benar adanya.
Baik, mari kita masuk
ke inti dari tulisan ini.
Setelah membaca buku
“Think Like A Freak” dan membacanya berkali-kali di bab-bab yang saya suka, ada
dua yang saya ingat: plastik yang dikenai harga 200 dan (aku lupa).
Awalnya mereka yang
sangat mendukung program “bayar kantong kresek” ini begitu senang dengan
rencana pemerintah—saya akui saya termasuk yang setuju dan senang. Sepertinya
penggunaan kantong plastik akan bisa dikurangi. Tapi seperti banyak hal yang
dibuat dan direncanakan akan ada banyak hambatan dan sangsi kalau ini akan
berjalan dengan baik. Dan begitulah kenyataannya. Saya pun kembali berpikir.
Yah, apa arti 200 perak. Tinggal masuk ke struk, bayar pun tak masalah.
Lihatlah saat ini sepertinya tak ada efek apapun dari plastik berbayar.
Rencana yang dibuat
sungguh baik. Tapi kembali lagi ke personal masing-masing. Melihat plastik
adalah bagian dari pembungkus belanjaan atau barang bawaan yang sudah dipakai
puluhan tahun dan sangat praktis, butuh waktu untuk membiasakan tidak
ber-plastik. Butuh usaha dan kemauan lebih untuk mengatakan tidak pada kantong
kresek. Mengubah kebiasaan dan ketergantungan pada sesuatu yang sangat
bermanfaat, murah, ringan, dan sangat diandalkan pasti tidak mudah. Siapa yang
mau bersusah payah mengingatkan diri apa sudah membawa tas lipat untuk
belanjaan. Siapa yang tahu kalau akan mampir ke warung atau minimarket beli
sesuatu. Tidak ada yang benar-benar berencana untuk belanja dan itu harus bawa
tas lipat. Jadi, sekali lagi ini bukan seperti menghabiskan stok barang di
gudang.
Satu hal lagi adalah aku
lupa apa. Susah emang kalo gak langsung ditulis. Ide hilang gitu aja. So sad. :(
30/10/2016