Thursday, April 30, 2015

BIOGAS

Banyak alternatif sebenarnya. Ini soal mau berubah lebih baik dan membiasakan diri. Selalu ada alternatif dari banyak hal agar lebih baik. Kadang karena kita sudah terlalu terbiasa dengan sistem tertentu, jadi saat berubah kebiasaan jadi kaget deh.
Saya suka melihat tayangan TV yang menampilkan kehidupan masyarkat yang memanfaatkan biogas. Mereka sepertinya tidak akan terganggu dengan harga LPJ atau bahan bakar untuk memasak yang naik. Mereka bisa tenang-tenang saja, kan? Berbeda dengan mereka yang tergantung pada bahan bakar dari pemerintah. Kemandirian memang lebih membuat hidup tenang. Dengan memanfaatkan bahan lain yang alam sediakan, mereka bisa terbebas dari salah satu hal pokok dalam hidup. Mereka bisa lebih fokus pada hal pokok lain. Mereka bisa menggunakan uang untuk kebutuhan lain. Akan jadi hal yang luar biasa saat penggunaan biogas menjadi umum. Iya, kan? Sepertinya bukan saya saja yang berpikiran begitu. Sampah rumah tangga juga bisa dimanfaatkan jadi biogas, kan?
Senang mendengarnya saat banyak masyarakat yang memanfaatkan bahan lain untuk kebutuhan rumah tangganya. Senang mendengarnya saat ada kelompok masyarakat yang tahu bagaimana mengolah sesuatu menjadi sesuatu.

Wednesday, April 29, 2015

PLASTIK DI MUSIM HUJAN

Plastik-plastik ini dari bungkus kaos atau paket yang lumayan tebal. Ditambah lagi ada klipnya. Plastik-plastik ini bisa kita manfaatkan lagi. Apalagi di musim hujan saat ini. Kadang cover bag saja bisa tembus basahnya sampai dalam. Nah, untuk mengantisipasi, bisa ditambah dengan plastik tadi. Untuk kertas-kertas dan benda yang rawan dengan air, masukan saja ke dalam plastik. Sangat melindungi jika hujan deras, termasuk handphone dan laptop. Ini baru namanya perlindungan maksimal.

Tuesday, April 21, 2015

HABISKAN KERTASMU!!!

Aku memanggilnya beliau guru. Beliau adalah guru kelas saya di kelas 3 SD. Tapi secara teknis beliau adalah kakek guru karena pernah mengajar kedua orang tua saya. Ada banyak pesan dan nasihat dari beliau yang begitu membekas di diri saya, salah satunya adalah penggunaan kertas tulis atau buku tulis. Cukup dengan satu kali saya mendengarnya, saya langsung mengubah pola mencatat saya yang biasanya akan berganti lembar walau masih sisa beberapa baris lagi. Pesan beliau singkat dan sederhana: "kalo nulis sampe baris terakhir". Maksudnya, kalau kita mencatat atau menulis di buku tulis, tulislah sampai baris terakhir. Sehingga tidak ada kertas yang bersisa dan semua baris di buku penuh dengan tulisan. Dengan begitu kita lebih bisa menghemat buku, kan? Sampai-sampai saya jarang sekali membeli buku tulis saking selalu memakai full satu buku. Tidak semua buku halamannya habis terpakai kan dalam satu semester? Dan tidak semua pelajaran menghabiskan satu buku dalam satu tahun kan? So, buku-buku lama saya gunakan kembali. Lembar-lembar kertas yang masih utuh saya pergunakan lagi. Kalau terlalu tipis, saya satukan dengan lembar-lembar kertas dari buku lain. Saya pun bisa mendapatkan satu buku 'baru'. Karena adik-adik saya biasa selalu membeli buku tulis baru setiap kenaikan kelas, maka buku tulis yang sudah tidak dipakai, saya robek lembar yang masih kosong dan dijadikan satu bundel buku tulis. Bagaimana caranya? Cukup disteples. Buku yang tadinya tipis bisa jadi tebal lagi. Bisa menghemat pengeluaran untuk beli yang lain. Seragam mungkin, atau alat tulis seperti pulpel dan pensil.

Saturday, April 18, 2015

GO GReen? WHAT'S 'GO GREEN'?

Karena membaca koran Republika yang mengambil tema tentang gaya hidup hijau, saya pun membuat postingannya ini. Dari artikel di koran tadi, saya pun berpikir lagi tentang maksud dari 'Go Green'. Kalo dipikir-pikir memang masih jauh gaya hidup saya dari 'hijau'. Tapi patut dihargai usaha sekecil apapun untuk kembali hidup berdampingan dengan alam dan sekitar. Kita seakan lupa siapa alam. Yang lebih banyak menyita pikiran dan gaya hidup kita adalah bagaimana kita ingin hidup. Bukan bagaimana kita harus hidup. Karena itu, kita lupa bahwa kita hidup bukan hanya dengan manusia--yang notabene makhluk hidup yang bisa bersosial dan berpikir--tapi juga dengan makhluk hidup lain: hewan dan tumbuhan. Kita lupa dengan hak alam pada kita. Kita padahal sudah mendapatkan 'kewajiban' alam untuk hidup kita. Tapi sungguh sangat sedikit yang paham dan mau bergerak untuk memberikan haknya pada makhluk hidup lain. Kita sudah penuh dengan keinginan untuk memenuhi kebutuhan kita yang belum tentu itu yang kita butuhkan. Kita hanya berusaha memenuhi apa yang ingin dipuaskan.
Hidup go green? Bukan go green juga sih, hanya mengurangi dampak buruk lingkungan. Dan itu sudah lebih baik daripada sikap acuh yang justru menular pada yang lain. Berilah sedikit ruang di daftar keinginan kita untuk hidup lebih baik dalam hal lingkungan. Tidak melulu sampah--walau masalah yang termasuk utama adalah sampah dan pembuangan lainnya.
Hidup praktis dan cepat tidak selalu membuang waktu dan uang. Malah hidup lebih sehat dan bijak lebih hemat. Hanya kita saja yang belum pernah merasakannya. Lagi, tidak semua orang punya keinginan kuat untuk lingkungan. Selalu ada banyak alasan untuk diutarakan. Sungguh sangat disayangkan kalau kita hanya ingin lingkungan bersih dan sehat tanpa mau berkontribusi dan bersinergi bersama. Ini bukan urusan orang lain. Ini tentang kita. Ini tentang rumah kita. Ini tentang sekitar kita. Tidak peduli apakah kamu termasuk orang yang jarang bergaul dengan tetangga atau tidak kenal kakak kelas, bahkan teman sekelas, berusahalah untuk perhatian dengan alam.

EATING, FOOD AND MEAL

This's maybe not just my idea. Coba ada restoran yang ngasih denda ke pengunjung kalo gak abis makanannya, bayar sesuai timbangan makanan yang sisa. Saya pernah dengar ada restoran atau rumah makan jenis ini, tapi lupa dimana. Bayangin aja, di luar apakah makanan itu sempat disajikan ke tamu atau masakan yang gagal, makanan yang tidak habis di piring pelanggan pasti kalo diakumulasikan bukan jumlah yang sedikit. Padahal kita tahu ada banyak orang yang bahkan tidak bisa mendapatkan makanan bergizi. Di luar apakah ada tempat makan kayak gitu? Makan tidak habis, berarti bayar 'dobel'. Makanya abisin makanan. Akan lebih baik sebelum memesan atau mencoba menyendok makanan ke atas piring, porsinya tidak banyak. Saat kita ternyata tidak menyukai makanan yang kita pesan, atau tidak berselera karena alasan lain, tidak banyak makanan yang tersisa.
Gak mungkin kan makanan sisa dikasih ke orang lain. Kurang etis. So, mulailah berpikir sebelum menyajikan makanan di atas piring. Mencoba masakan baru adalah hal yang menarik, tapi akan lebih baik lagi kalau kita tidak menyisakan makanan.

16/2/2013

Monday, April 6, 2015

SAVE YOUR GARBAGE

Suka kesel kalo ngeliat orang buang sampah gitu aja. Pandangan saya akan orang tersebut langsung berkurang hanya karena buang sampah sembarangan. Percuma kalo hanya mengeluh dan bicara panjang lebar kalo sampah berserakan dimana-mana, gak 'nyaman' melihat tumpukan sampah, dan bau-baunya yang menyengat. Hey, lihat diri kita sendiri. Apa kita sudah membuang sampah dengan baik dan benar? Apa kita tidak termasuk orang-orang yang buang sampah seenaknya? Kalo kita masih termasuk kelompok yang tadi, cobalah untuk berhenti bicara dan mengeluh tentang sampah yang tak terurus--termasuk akibat dari sampah--dan cobalah untuk mengurus sampah hasil dari diri kita sendiri, sekecil apapun. Mau itu bungkus permen, bungkus kripik, apapun yang jadi sampah.
Sampah tidak hanya diurus oleh petugas, tapi oleh kita yang menghasilkan sampah. Kita lah yang bertanggung jawab lebih dari siapa pun. Apa kita mau menyalahkan petugas kebersihan? Atau pejabat di divisi lingkungan hidup?
Cobalah untuk memulai dari diri kita tanpa harus melihat dan membandingkan orang lain. Hal kecil ini setidaknya akan berpengaruh besar tanpa kita sadari. Lakukanlah pelan-pelan. Satu kegiatan ini akan menjadi kebiasaan karena dilakukan secara berulang-ulang. Lalu menjadi suatu kebudayaan. Let's do it now!!!

Wednesday, April 1, 2015

Furoshiki

Pernah liat di kondangan ibu-ibu yang bawa bakul seng dibungkus kaen yang diiket? Biasanya isinya beras yang nanti diisi balik sama berkat kondangan.
Sekarang kayaknya kalo di kota udah gak ada, yah. Mungkin di desa-desa masih.
Waktu aku kecil, kalo ada kondangan, pasti ibu-ibu bawa bakul tadi. Banyak nilai-nilai bagus dari tradisi ini. Kalo sekarang mah udah pake plastik. Well, kaen yang bungkus bakul tadi sama ya kayak furishiko. Itu tuh seni membungkus atau melipat kain untuk jinjingan. Aku jadi pengen make kaen untuk bungkus barang daripada harus pake plastik. Gimana menurut kalian? Apa gak arif dan bijak tuh orang-orang dulu dengan alam dan kehidupannya? Baik dengan mereka sadari atau tidak.