Siang itu
setelah zuhur, walau terlambat datang ke acara talk show sampah yang
diselenggarakan EH Depok, kalimat Kak Gibran (pemilik Sendalu Permaculture)
membuatku setuju.
Aku sempat
penasaran dan antusias ingin praktik membuat ecobrick sendiri di rumah sekitar akhir
2017. Rencananya aku mau membuat jongkok atau bangku kecil pendek buat duduk
sambil ngucek cucian. Aku mengumpulkan botol teh pucuk dan beberapa botol fruit
tea; mengumpulkan plastik bekas permen, ciki, snack, deterjen, pokoknya yang
lunak dan bisa dengan mudah masuk lubang botol. Prosesnya yang harus ditekan
kuat-kuat bikin paha kenger, telapak tangan sedikit kapalan.
Begitu selesai
membuat sepuluh lebih botol ecobrik dalam rentang waktu sampai awal 2018, aku
tidak bisa membuatnya menjadi bangku sesuai ide awal. Aku butuh lem khusus yang
kuat atau setidaknya bingkai kayu sebagai tempat si botol-botol itu saling
bersusun. Pakai tali pun tidak akan semudah itu menegakkan susunan botol.
Bisa-bisa ambyar. Akhirnya aku memutuskan tidak melanjutkannya. Ecobrick
teronggok begitu saja sambil aku mencari tempat yang membutuhkannya. Dan
sampailah kumpulan ecobrick tadi ke suatu tempat komunitas di Depok 2019 awal
(rentang waktu yang lama sampai si ecobrick di tangan yang tepat).
Apa aku berniat
kembali membuat ecobrick? Dengan berbagai pertimbangan, jawabannya tidak. Aku
punya pilihan sendiri dan mendengar Kak Gibran mengatakan alasannya tidak
membuat ecobrick, aku tidak menyangkal kalau memang butuh tenaga untuk
membuatnya. Dan yang paling mengena adalah kalimatnya yang merasa malu kalau
gapura tempatnya dari ecobrick. Itu bukan prestasi, tapi menunjukkan berapa
banyak konsumsi kita. Tolak ukurnya justru adalah semakin sedikit sampah yang
dihasilkan.
Ecobrick menjadi
salah satu cara mencegah sampah plastik yang kecil-kecil yang kebanyakan sulit
didaur ulang agar tidak berakhir di TPA atau mencemari lingkungan. Dan itu
bukan berarti kita akan terus menghasilkan sampah plastik. Kenapa tidak
menguranginya yang merupakan hierarki pertama 8R. Tolak kalau tidak butuh. Cari
alternatif lain agar tidak menghasilkan sampah plastik yang belum tentu
diterima bank sampah. Adanya bank sampah dan ecobrick tidak menjadikan kita
tetep konsumtif dan santai dengan jumlah sampah plastik yang terus kita
hasilkan. Itu salah satu kemudahan dari proses memilah. Kalau sampah yang
dihasilkan tetap banyak, maka kita belum berada dijalur yang sesuai.